Cerpen Cinta: Thalita dan Latif 1
Asmara memang indah untuk diceritakan. Asmara pula adalah bagian dari kehidupan manusia, termasuk cerita Thalita dan latif.
Thalita dan Latif adalah cerpen cinta berepisode yang disajikan oleh tolongtangtugas.web.id untuk menghibur pembaca setia blog ini. Cerpen satu ini adalah buah karya kak Rasyid sebagai penulis tunggal dalam website yang kamu baca saat ini.
OLeh karena cerpen ini akan memiliki beberapa episode dalam penyajiannya. Jadi jangan sampai kamu lewatkan setiap episode cerpen cinta di blog kesayangan kita ini.
'Awali pagimu dengan semangat dan hadapi kenyataan dengan mantap'. Motto yang bagus untuk seorang anak berusia 20 tahun. Latif namanya. Ia berasal dari keluarga sederhana di sebuah Kabupaten di Jawa Timur, bernama Kabupaten Pamellingan.
Kabupaten Pamellingan adalah tempat yang cukup terkenal diantara kabupaten lain karena dikenal sebagai Kabupen penghasil padi yang bagus. Tak hanya padi, tembakau pun adalah salah satu komoditi yang banyak ditekuni oleh warga Pamellingan. Alasannya, tembakau adalah bahan dasar pruduk Industri rokok baik kretek maupun filter. Jadi, pasti hal ini menjadi sumber pengahasilan yang baik.
Di desa tempat Latif tinggal banyak warga yang menjadi petani tembakau. Paman, sepupu bahkan orangtua Latif ikut menanam tembakau. Musim tanam tembakau kala itu baik dan harganya dikabarkan juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pantas saja warga desa Kowel tempat latif tinggal begitu gembira dengan datangnya musim tembakau.
Latif pemuda tampan dari desa Kowel itu memang berasal dari keluarga sederhana. Bapak ibunya adalah seorang petani. Jika musim padi tiba, orangtuanya menanam padi. Begitu juga saat musim tembakau, mereka menanam tembakau dengan suka cita.
"Latif ...?" panggil Mina, ibu Latif.
"Iya, bu ...! ada apa ?" saut Latif.
"Bantu Bapak dan Ibu ke sawah. Hari ini Bapak ingin menanam tembakau."
"Tenang saja bu, pasti Latif ikut bapak dan ibu, seperti biasa."
Anak semata wayang Ibu Mina dan Bapak Toha ini memang kerap kali membantu kedua orangtuanya bercocok tanam. Ia tidak pernah malu. Walau teman-teman sebayanya lebih suka bermain ke Kota, sekedar cari angin (cari angin istilah jalan-jalan ala anak muda di desa Latif). Ia lebih memilih membantu orangtuanya di sawah untuk menunjang kehidupan mereka sekelaurga.
Latif bertugas membawa bekal untuk dimakan saat istirahat menanam tembakau nanti. Ia juga membawa cangkul yang biasa ia pakai.
"Nak, kamu bawa bekal kita di sawah nanti ya! jangan lupa cangkul yang kamu biasa pakai juga." kata ibu Mina.
"Baik, bu. Latif bawa kok, ayo bu kita berangkat." pungkasnya.
"Bapak mana, bu? kok Latif tidak lihat Bapak?" tambah Latif.
"Bapakmu sudah berangkat jam 5 pagi tadi setelah sholat subuh, nak." Jawab ibunya.
Merekapun bergegas menyusul pak Toha ke sawah milik keluarga. Jarak antara sawah dan rumah mereka cukup dekat. Sekitar 500 meter dari rumah mereka. Seperti biasa keduanya berjalan kaki menyusul sang bapak. Di jalan, latif tak jarang bercerita tentang sekolahnya pada sang ibu. Ia sering bercerita tentang kegiatannya di sekolah, mulai dari kegitan belajar dan tugas-tugas pelajaran yang ia terima dari guru-gurunya.
Bu Mina sangat menyukai kepribadian anak kesayangannya. Dia merasa, sang anak begitu terbuka padanya. Tidak ada yang latif sembunyikan. Sebagai orang tua, ibunya berpikir, mungkin hal itulah yang diinginkan para orang tua di luar sana. Melihat dan mendengarkan sang anak begitu terbuka dan sayang pada kedua orangtunya. Bu Mina sangat beruntung mempunyai anak seperti Latif, anak yang terbuka jujur dan gemar membantu bapak dan ibunya.
***
Dalam kisah hidup lain, Thalita adalah anak seorang yang bisa dibilang berkecukupan. Kedua orangtuanya adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan pemerintahan Kabupaten Pamellingan. Bapaknya seorang Kepala Dinas Sosial. Sedangkan ibunya adalah seorang staf BKD (Badan Kepegawaian Daerah) Kabupaten Pemellingan.
Di tengah keluarga yang berkecukupan. Thalita lebih banyak menghabiskan waktu luang di tempat-tempat les, tidak sperti Latif yang menghabiskan waktu luangnya dengan membantu kedua orangtua di sawah mereka. Banyak les yang dia ikuti, mulai dari les Matematika, les Bahasa Inggris dan lainnya. Orangtua Thalita sangat peduli terhadap pendidikan anak-anaknya.
Thalita adalah anak sulung dari dua bersaudara. Ia memiliki sorang adik laki-laki yang masih duduk di kelas 2 SMP. Namanya Ardan. Thalita begitu menyayangi Ardan, hingga ia menularkan kebiasaannya dalam belajar pada adik laki-lakinya.
Anak sulung Pak Husni dan Ibu Maya itu kini berusia 19 tahun. Ia baru saja diterima di satu-satunya PTN di Kabupaten Pamellingan, IAIN Madura, kampus yang sama dengan Latif. Thalita sangat senang belajar bahasa Inggris yang kemudian memantapkannya memilih Jurusan Basaha Inggris dari sekian pilihan jurusan yang ada di Kampusnya.
Beberapa waktu sebelum Thalita mendaftar di kampus pilihannya, Thalita mendapat dukungan penuh dari orang tuanya saat memilih jurusan.
"Pak, Bu, Thalita ingin mengambil Jurusan Bahasa Inggris di kuliah nanti. Apakah bapak dan ibu setuju dengan pilihan Thalita?" tanya Thalita pada orangtuanya.
"Thalita, bapak dan ibu akan mendukung pilihanmu. Yang terpenting kamu belajarlah yang rajin di sana." Jawab ibunya.
"Baik, bu. Thalita Janji akan belajar betul di sana. Bapak dan ibu tidak usah khawatir." Thalita menyambung ibunya.
"Ya sudah. Kamu persiapkan diri. Belajar agar kamu lulus pada seleksi masuk nanti." Pungkas sang ibu.
Begitulah thalita. Ia sangat senang mendapat dukungan dari kedua orangtuanya. Thalita sangat bersemangat dalam belajar untuk persiapan ujian masuk kampus IAIN Madura.
Tanggal 27 Agustus pun tiba. Hari seleksi masuk Kampus akan dilaksanakan jam 08.00 Pagi di aula IAIN Madura. Thalita bersiap berangkat ujian. Sebelum kedua orangtuanya berangkat kerja, Ia mencium kedua tangan mereka, meminta izin dan doa agar lulus tes ujian nanti.
Thalita dan Latif adalah cerpen cinta berepisode yang disajikan oleh tolongtangtugas.web.id untuk menghibur pembaca setia blog ini. Cerpen satu ini adalah buah karya kak Rasyid sebagai penulis tunggal dalam website yang kamu baca saat ini.
OLeh karena cerpen ini akan memiliki beberapa episode dalam penyajiannya. Jadi jangan sampai kamu lewatkan setiap episode cerpen cinta di blog kesayangan kita ini.
Thalita dan Latif 1
tolongtangtugas.web.id |
Kabupaten Pamellingan adalah tempat yang cukup terkenal diantara kabupaten lain karena dikenal sebagai Kabupen penghasil padi yang bagus. Tak hanya padi, tembakau pun adalah salah satu komoditi yang banyak ditekuni oleh warga Pamellingan. Alasannya, tembakau adalah bahan dasar pruduk Industri rokok baik kretek maupun filter. Jadi, pasti hal ini menjadi sumber pengahasilan yang baik.
Di desa tempat Latif tinggal banyak warga yang menjadi petani tembakau. Paman, sepupu bahkan orangtua Latif ikut menanam tembakau. Musim tanam tembakau kala itu baik dan harganya dikabarkan juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pantas saja warga desa Kowel tempat latif tinggal begitu gembira dengan datangnya musim tembakau.
Latif pemuda tampan dari desa Kowel itu memang berasal dari keluarga sederhana. Bapak ibunya adalah seorang petani. Jika musim padi tiba, orangtuanya menanam padi. Begitu juga saat musim tembakau, mereka menanam tembakau dengan suka cita.
"Latif ...?" panggil Mina, ibu Latif.
"Iya, bu ...! ada apa ?" saut Latif.
"Bantu Bapak dan Ibu ke sawah. Hari ini Bapak ingin menanam tembakau."
"Tenang saja bu, pasti Latif ikut bapak dan ibu, seperti biasa."
Anak semata wayang Ibu Mina dan Bapak Toha ini memang kerap kali membantu kedua orangtuanya bercocok tanam. Ia tidak pernah malu. Walau teman-teman sebayanya lebih suka bermain ke Kota, sekedar cari angin (cari angin istilah jalan-jalan ala anak muda di desa Latif). Ia lebih memilih membantu orangtuanya di sawah untuk menunjang kehidupan mereka sekelaurga.
Latif bertugas membawa bekal untuk dimakan saat istirahat menanam tembakau nanti. Ia juga membawa cangkul yang biasa ia pakai.
"Nak, kamu bawa bekal kita di sawah nanti ya! jangan lupa cangkul yang kamu biasa pakai juga." kata ibu Mina.
"Baik, bu. Latif bawa kok, ayo bu kita berangkat." pungkasnya.
"Bapak mana, bu? kok Latif tidak lihat Bapak?" tambah Latif.
"Bapakmu sudah berangkat jam 5 pagi tadi setelah sholat subuh, nak." Jawab ibunya.
Merekapun bergegas menyusul pak Toha ke sawah milik keluarga. Jarak antara sawah dan rumah mereka cukup dekat. Sekitar 500 meter dari rumah mereka. Seperti biasa keduanya berjalan kaki menyusul sang bapak. Di jalan, latif tak jarang bercerita tentang sekolahnya pada sang ibu. Ia sering bercerita tentang kegiatannya di sekolah, mulai dari kegitan belajar dan tugas-tugas pelajaran yang ia terima dari guru-gurunya.
Bu Mina sangat menyukai kepribadian anak kesayangannya. Dia merasa, sang anak begitu terbuka padanya. Tidak ada yang latif sembunyikan. Sebagai orang tua, ibunya berpikir, mungkin hal itulah yang diinginkan para orang tua di luar sana. Melihat dan mendengarkan sang anak begitu terbuka dan sayang pada kedua orangtunya. Bu Mina sangat beruntung mempunyai anak seperti Latif, anak yang terbuka jujur dan gemar membantu bapak dan ibunya.
***
Dalam kisah hidup lain, Thalita adalah anak seorang yang bisa dibilang berkecukupan. Kedua orangtuanya adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan pemerintahan Kabupaten Pamellingan. Bapaknya seorang Kepala Dinas Sosial. Sedangkan ibunya adalah seorang staf BKD (Badan Kepegawaian Daerah) Kabupaten Pemellingan.
Di tengah keluarga yang berkecukupan. Thalita lebih banyak menghabiskan waktu luang di tempat-tempat les, tidak sperti Latif yang menghabiskan waktu luangnya dengan membantu kedua orangtua di sawah mereka. Banyak les yang dia ikuti, mulai dari les Matematika, les Bahasa Inggris dan lainnya. Orangtua Thalita sangat peduli terhadap pendidikan anak-anaknya.
Thalita adalah anak sulung dari dua bersaudara. Ia memiliki sorang adik laki-laki yang masih duduk di kelas 2 SMP. Namanya Ardan. Thalita begitu menyayangi Ardan, hingga ia menularkan kebiasaannya dalam belajar pada adik laki-lakinya.
Anak sulung Pak Husni dan Ibu Maya itu kini berusia 19 tahun. Ia baru saja diterima di satu-satunya PTN di Kabupaten Pamellingan, IAIN Madura, kampus yang sama dengan Latif. Thalita sangat senang belajar bahasa Inggris yang kemudian memantapkannya memilih Jurusan Basaha Inggris dari sekian pilihan jurusan yang ada di Kampusnya.
Beberapa waktu sebelum Thalita mendaftar di kampus pilihannya, Thalita mendapat dukungan penuh dari orang tuanya saat memilih jurusan.
"Pak, Bu, Thalita ingin mengambil Jurusan Bahasa Inggris di kuliah nanti. Apakah bapak dan ibu setuju dengan pilihan Thalita?" tanya Thalita pada orangtuanya.
"Thalita, bapak dan ibu akan mendukung pilihanmu. Yang terpenting kamu belajarlah yang rajin di sana." Jawab ibunya.
"Baik, bu. Thalita Janji akan belajar betul di sana. Bapak dan ibu tidak usah khawatir." Thalita menyambung ibunya.
"Ya sudah. Kamu persiapkan diri. Belajar agar kamu lulus pada seleksi masuk nanti." Pungkas sang ibu.
Begitulah thalita. Ia sangat senang mendapat dukungan dari kedua orangtuanya. Thalita sangat bersemangat dalam belajar untuk persiapan ujian masuk kampus IAIN Madura.
Tanggal 27 Agustus pun tiba. Hari seleksi masuk Kampus akan dilaksanakan jam 08.00 Pagi di aula IAIN Madura. Thalita bersiap berangkat ujian. Sebelum kedua orangtuanya berangkat kerja, Ia mencium kedua tangan mereka, meminta izin dan doa agar lulus tes ujian nanti.
Bersambung ...
Sampai di sini dulu cerpen cinta kali ini. Thalita dan Latif 1 akan kita lanjutkan pada postingan cerpen selanjutnya, Thalita dan Latif 2. Tunggu kelanjutan kisahnya yaa ...
Belum ada Komentar untuk "Cerpen Cinta: Thalita dan Latif 1"
Posting Komentar