Libur Sekolah Makin Seru Dengan Traveloka Xperience
Menikmati panorama alam pedesaan adalah bagian dari aktivitas saya setiap hari. Dimulai dari tempat tinggal yang letaknya di pinggir kota Pamekasan, menyusuri jalan aspal dengan hiruk-pikuk kendaraan yang berlalu lalang. Ada kalanya menyapa kawan semasa SMA dulu saat berpapasan, bunyi klakson rekan seprofesi yang tampak buru-buru dengan kendaraan pribadinya, hingga sampailah di seperempat akhir perjalanan menuju sekolah, tampak pebukitan dan hamparan sawah khas warga Madura yang seakan menyapa perjalanan saya.
Bila disimpulkan, rute menuju lokasi mengajar bisa saya katakan mengasyikkan. Kendati jauhnya 21 Km dari rumah, di sepanjang jalan tak terasa telah jauh berkendara. Suka ria mengajar begitu kental. Kadang hati kecil berkata, "begitu indah alam desa Madura." Ingin rasanya berlama-lama melihat hamparan pebukitan. Namun, tugas mendidik selalu menanti di sekolah. Harus dilaksanakan tanpa kompromi, karena itulah tanggung jawab mulia seorang guru. Mendidik dan menyampaikan ilmu, walaupun terkadang berkorban lebih untuk sebuah ilmu pada anak didiknya.
Hampir dua tahun sudah aktivitas mengajar sebagai guru honorer saya jalani. Selama itu pula kini saya cukup akrab dengan kondisi geografis tempat dimana saya mendidik murid-murid. Saya mengajar di sebuah desa bernama Banyupelle. Disana mayoritas warga berprofesi sebagai petani. Mulai dari kangkung, cabai, sawi, hingga tembakau dapat dengan mudah ditemukan. Tepat di sebelah selatan sekolah, terdapat kebun cabai yang begitu elok dilihat. Buah cabainya besar-besar, nampak menggugah selera makan. Penggemar makanan pedas, pasti sangat suka melihat tanaman sayur ini. Supaya tidak penasaran, cobalah kita tengok lebih detail pada gambar ini. Inilah kebun cabai yang saya maksud.
Foto itu saya ambil sekitar dua bulan yang lalu. Pas saat harga cabai tinggi-tingginya, berkisar Rp.60.000 sampai Rp. 80.000 per Kilogramnya. Bagaimana harga cabai di tempat Anda? Di sini, alhamdulillah. Para petani bersuka cita menyambutnya. Hasil panen sayurannya berbuah manis. Usaha merawat tanaman cabai tidak sia-sia. Petani merdeka, ibu-ibu rumah tangga geleng-geleng kepala. Buah bibir cabai mahal viral seketika. Jahahaha ...
Kondisi viral panganan pedas ini cukup lama bertahan di Pamekasan. Bahkan ibu penjual nasi bungkus yang sering saya beli dagangannya juga ikut merasakan. Sembari melayani pesanan nasinya, ibu Salma menjawab "Lama, nak. Cabai kemarin mahal." Katanya saat saya tanya tentang mahalnya cabai beberapa waktu lalu. Sayapun menganggukkan jawaban si ibu pelan. Sesaat setelahnya, saya menerima nasi yang dibeli pada si ibu tadi dan beranjak mengucap salam pulang.
Ah, sudahlah. Cerita cabainya kita akhiri dulu. Kembali ke laptop.
Lokasi sekolah tempat saya mengajar memang menyimpan cerita geografis yang panjang. Maklumlah, sekolah itu memang berada di pelosok desa. Anda mesti tahu, bagaimana latar suasana desa. Ia akrab sekali dengan alam dan budaya masyarakatnya yang masih hangat. Hal ini tercermin dari guru-guru yang berdomisili dan tinggal di desa sebelah yang dekat dengan sekolah. Kearifan warga desa Banyupelle, Pelengaan, Pamekasan nampak dari personal guru tadi. Maka dengan kondisi seperti itu, sayapun harus berbaur dengan adat istiadat yang ada. Belajar kembali bab keramahan, beretika, dan sopan santun yang lebih dalam, agar saat bersosial saya tidak kikuk. Apalagi saat kyai pemilik yayasan datang ke sekolah, semakin tawadduk-lah seisi sekolah.
Kentalnya atmosfer sosial seperti yang saya gambarkan di atas membuat kegiatan sekolah juga ikut berbau hal yang agamis, termasuk tur liburan kenaikan kelas. Bisa ditebak. Tur wisata religi menjadi pilihannya. Plus, kabarnya sudah beberapa kali kegiatan wisata religi tersebut dilakukan. Mungkin karena saya tergolong guru baru di sana. Jadi, baru tahu jika sekolah punya agenda tahunan semacam itu. Saat itulah menjadi kali pertama saya ikut wisata religi lima wali yang diadakan sekolah. Senang sekali. Inilah beberapa moment pada wisata religi kemarin yang sempat saya abadikan.
Lokasi pertama yang kami kunjungi kala itu adalah pusara Sunan Ampel di Surabaya. Sekitar jam 02.00 pagi bus kami sampai di sana. Hujan lebat menyambut kedatangan kami tanpa ampun. Alhasil, seluruh rombongan guru dan murid main air hujan. Kondisi ini tentu kurang nyaman sebenarnya. Ziarah dalam kondisi basah-basahan kurang afdol dilakukan. Namun, mau bagaimana lagi. Kenyataannya demikian. Harus dinikmati dengan lapang. Setelahnya, aktivitas layaknya peziarah lain seperti yasinan, tahlil yang kemudian ditutup dengan doa-doa tetap kami laksanakan dengan khusuk, alhamdulillah.
Kami keluar dari Sunan Ampel sekitar jam 02.45 WIB, melanjutkan perjalanan menuju pusara Sunan Giri. Setibanya di sana, rombongan kami masih disambut kondisi cuaca yang kurang bersahabat. Hujan dari Surabaya tak kunjung reda, walaupun sudah tak selebat sebelumnya. Akibat hujan ini kami cukup lama naik tangga ke atas, licin. Rombongan berjalan pelan menuju masjid Giri. Di masjid, guru-guru dan siswa sempat beristirahat sebentar di teras luar masjid sambil menunggu waktu subuh tiba.
Selepas sholat subuh berjamaah usai. Pimpinan rombongan langsung membawa kami menuju pusara Sunan Giri yang lokasinya berdekatan dengan masjid tadi. Cuaca masih sama, gerimis. Menariknya, di Sunan Giri ini saya sangat suka dengan arsitektur makam yang masih bernuansa kuno. Aksen ukiran jaman dulu masih kental di dalam. Mungkin jika saya boleh menilai, nilainya 100. Saya sangat suka dengan ukirannya.
Memasuki wali ketiga, yakni Sunan Maulana Malik Ibrahim, matahari mulai terbit. Hujanpun sudah reda. Syukurlah. Disinilah nuansa liburan mulai terasa. Cuaca yang nyaman, melihat rombongan peziarah lain berdatangan dengan jelas, dan udara dingin yang mulai tersibak. Begitu indahnya. Untuk beberapa waktu, saya atau bahkan mungkin rombongan kami lupa pada kehidupan sekolah di Pamekasan. Rutinitas kegiatan belajar mengajar yang menguras pikiran terurai dengan nuansa wisata religi hari itu. Berganti dengan khikmat, suka cita dan pengalaman bernama wisata religi.
Oh, iya. Kiranya Anda sudah bisa menerka, aktivitas apa dalam ziarah di bagian ketiga ini. Sama seperti sebelumnya, yasinan, tahlil dan berdoa tetap dilakukan. Berharap hajat dalam pribadi masing-masing dapat dengan cepat didengar oleh tuhan serta perjalanan lima wali kami selamat hingga akhir. Amiin.
Perjalanan kembali berlanjut. Tur wisata religi pada wali keempat dan kelima, Sunan Drajat dan Sunan Bonang dilanjutkan. Kami istiqomah. Memanjatkan doa-doa di pelatara pusara wali-wali Allah tadi. Sekali lagi, boleh Anda pun mendoakan hajat kami terkabul. Semoga. Perjalanan tur lima wali sekolah kami kala itu berjalanan dengan cukup lancar. Kendati di awal sempat diguyur hujan, namun tak menghalangi semangat kami untuk terus menuntaskan wisata religinya.
Bicara soal liburan, tak lengkap rasanya tanpa ada ritual belanja-belanja. Begitu pun ibu guru dalam rombongan kami. Di lokasi keempat inilah saya merasakan lelahnya menunggu. Kaum ibu-ibu itu kalau sudah bertemu tempat belanja, beeeh, lamaaaaa. Lihat jajan ini, dilihat. Bolak-balik, bahkan icip-icip menjadi tangga nada perbelanjaan kaum ibu. Lihat toko souvenir, langsung riset. Mata mengintai kesegala arah. Bak tugas Jarvis, asisten robotnya Tony Stark dalam film Iron Man. Semua barang-barang di-scan. Tak akan luput satu barangpun dari proses scaning kaum ibu. Ampun deh, kalau beliau sudah melancarkan aksi. Satu jam akan serasa 1 menit. Nambah teruuss.
Saya, siswa dan kaum bapak yang menunggu ibu berbelanja ria harus berbesar hati dengan keadaan. Berdamai dengan waktu. Kami bersantai di sudut parkir bus di lokasi Sunan Drajat. Untuk beberapa jam, kami menghabiskan jajanan yang dibeli di pasar tadi. Pasarnya sendiri saya lupa namanya. Yang jelas, pasar itu berada tepat di sebelah timur pusara Sunan Drajat. Bentukknya memanjang ke timur. Cukup untuk membuat kaki pegal berjalan.
Lain di Sunan Drajat, lain lagi dengan di Sunan Bonang. Anda yang pernah ke sini pasti kenal spot belanjanya. Lepas berdoa di sana, lokasi shoping kembali menjadi tujuan. Langkah kaki perlahan mengarah ke arah timur makam Sunan Bonang (maafkan saya jika salah sebut arah, maklum pendatang baru). Dan pemandangan belanja khas Bonang-pun terhampar rapi berjejer untuk para peziarah. Pemandangan yang apik, kalau boleh mengatakan. Belanja di sini enak. Saya sempat membeli beberapa jajanan untuk ibu saya di rumah. Oleh-oleh kecil dari Bonang untuk ibu tercinta.
Bagaimana kabar kaum ibu rombongannya? You know lah. Lagi-lagi terjadi. Spot belanja yang enak di sana, kembali memancing ibu guru melancarkan aksinya. Dari ujung penjual souvenir dan jajanan hingga ke ujung satunya, disinggahi satu persatu. Alamat bagi bapak guru menanti lama kembali, seperti di Sunan Drajat. Entahlah bagaimana proses scaning dan tawar menawarnya di dalam. Kami yang sudah sempat belanja, memutuskan menanti beliau di luar area belanja sambil melihat alam Tuban.
Puas berbelanja, kami akhirnya berkumpul. Capek melakukan perjalanan dari Ampel hingga ke Tuban membuat moment berkumpul di depan masjid Agung Tuban begitu terasa. Walau begitu, rianya suasana tidak terlupakan di sana. Sesekali salah satu guru melempar candaan untuk menghibur anggota rombongan yang tiba di depan masjid dari ritual shopingnya. "Napah beih se e belli, bu. E borong kabbi?" Kata pak guru. Bu guru yang mendengar membalas dengan senyum lalu ditutup dengan kalimat, "Biasah, pak. Ibu-ibu". Paham artinya, ya? Kalimat yang cetak miring pertama artinya, "Beli apa saja, bu. Diborong semua di dalam?". Sedangkan kalimat catak miring kedua artinya "Maklumlah, pak. Ibu-ibu".
Rangkaian tur lima wali ditutup dengan hasrat murid-murid yang ingin sekali singgah ke wisata lain selain ziarah religi sebelumnya. "Jarang-jarang, pak". Katanya saat ditanya. Idenya dari mana saya tidak tahu. Tiba-tiba saja dalam perjalanan anak-anak mengatakannya. Setelah saya tanya lebih dalam, ternyata ekspektasi mereka ikut wisata religi salah satunya adalah bisa masuk ke Zoo atau Water Park pasca kunjungan lima wali, untuk kemudian mereka bermain dan bersenang-senang di sana. "Duh, nak.!" Dalam hati saya merasakan keinginan mereka. Ingin rasanya mewujudkannya. Semoga ketua rombongan juga mendengar.
Di sela-sela kemauan anak-anak tadi. Sebenarnya saya bingung. Harus kemana, bagaimana dengan harga tiket masuknya. Namun, syukurlah. Harapan anak-anak pergi ke Kebun Binatang nampaknya bisa terwujud. Bab 'bingung kemana' dalam benak saya pun terjawab. Walaupun masih tetap bertanya-tanya.
Ketua rombongan yang dipimpin Kepala Sekolah meminta sopir untuk transit sebentar di Maharani Zoo. Senang sekali wajah anak-anak. Mereka tak sabar segera sampai. Sesampainya di Maharani Zoo, di depan gerbang masuk kami disambut baliho yang mengabarkan "Telah lahir tiga baby animal". Wah! Tambah seru ini.
Kamipun turun dari bus. Berjalan kaki beberapa meter, memasuki gerbang Kebun Binatang di Lamongan itu. Lalu, taraa. Inilah Maharani Zoo & Goa dengan ramainya pengunjung yang antre masuk. Memesan tiket untuk menengok baby animal di sana.
Gembira, pasti. Walaupun tiba-tiba terdengar warning dari kepala rombongan. Beliau bilang, "Bapak, ibu dan anak-anak yang ingin masuk ke taman satwa agar membeli tiket masing-masing". Serentak rombongan senyap. Liburan gratis ke Maharani Zoo mulai abu-abu. Antara lanjut dan tidak. Sedih. Di bagian ini pulalah pertanyaan saya di awal tadi terjawab sudah. Saya yang tidak tahu pasti dimana dan bagaimana harga tiket masuknya, akhirnya menjadi paham. Walau paham tersebut didapat dengan cara hati mengkerut.
Liburan sekolah kami waktu itu memang ditanggung sekolah. Wajarlah untuk beberapa spot liburan, kami harus merogoh kocek sendiri. Lima wali sebelumnya, kan free. Jadi, bagian Maharani punya ceritanya sendiri. Berhubung isi dompet sudah tak terkendali, dikuras dalam perjalanan dan oleh-oleh. Mau masuk gundah melanda hati. Nangis jamaah pada akhirnya. Oh, iya. Tiket masuk saat itu Rp. 50.000 per orang. Sebagian dari kita yang sudah tahu medan, mungkin nominalnya tidak seberapa. Akan tetapi bagi saya dan anak-anak kala itu penting. Saking berharganya, harus ditabus dengan gagalnya melihat baby animal tadi.
Peristiwa di atas bagi saya tak mengapa. Yang saya sesalkan adalah anak-anak yang keinginannya tak terkabul. Sebenarnya ingin waktu itu membantu mereka. Memberikan talangan biaya tiket masuk. Namun apalah saya yang hanya seorang honorer. Bulanannya hanya cukup untuk membiayai transportasi ke sekolah. Kalaupun lebih, dipakai kebutuhan pribadi lain sudah habis. Ya. Beginilah kehidupan honorer. Dituntut mampu melebarkan sayap untuk survive.
"Bersabarlah, nak. Pengalaman kalian semoga tidak terjadi pada adik-adik kelas. Walaupun di Maharani Zoo kita tidak lihat-lihat binatang, setidaknya kita pernah singgah di halaman Kebun Binatang itu. Pun kita sudah jalan-jalan menengok souvenir yang ditawarkan di sana. Semoga itu sudah mengobati rasa ingin tahumu dimana si Maharani berada."
Pengalaman pahit di atas tentu tidak ingin kami ulang. Guru-guru sepakat. Jika ada kesempatan libur sekolah lagi, kasus gagal check ini tidak terulang. Oleh karena itu, libur sekolah berikutnya harus dipersiapkan. Dimulai dengan biaya PP, oleh-oleh sampai tiket masuk wisata tambahan layaknya Maharani Zoo harus sudah beres.
Untuk itulah saat ini para guru menabung untuk berlibur bersama. Siswa pun diedukasi, yang ingin ikut liburan bersama supaya mulai menabung untuk mewujudkan liburan. Sungguh kabar yang menarik. Kalau ini berjalan lancar, mau masuk kemana, tinggal masuk saja. Yey ..
Sayapun berseloroh kecil pada anak-anak dan guru. #XperienceSeru nampaknya bukan lagi abu-abu. Apalagi sekarang smartphone saya sudah terpasang apps Traveloka. Sebuah apps yang membantu milenial dalam hal reserve kebutuhan perjalanan. Dari tiket kereta, bus hingga pesawat juga ada. Bahkan untuk keperluan booking hotel juga bisa. Tinggal klik; hotel daerah mana, isi kebutuhan, kemudian akan ditampilkan pilihan hotel yang bisa kita pesan. Mudah, bukan?
Kemudahan reservasi kebutuhan perjalanan milenial di Traveloka sudah banyak yang membuktikan. Contohnya, bak Kinanti. Dia sering pakai Traveloka buat pesan tiket pesawat, kereta bahkan hotel karena prosesnya yang cepat. Malah katanya, pernah juga melakukan pembatalan pemesanan kamar hotel dan uangnya balik 100% tanpa potongan, save terkendali. Ada lagi mas Azmi. Perantau yang bolak-balik Jakarta-Semarang, yang sangat terbantu berkat Traveloka. Terakhir, review dari bak Dwi. Traveloka sudah seperti sahabat baginya. Dia bisa hemat waktu dan tenaga untuk bersua dengan keluarga di Semarang. Baca saja review lengkapnya di www.dwiseptia.com.
Kabar gembiranya lagi, Traveloka kini makin lengkap dengan hadirnya fitur baru bernama Traveloka Xperience. Fitur ini bisa ditemukan saat kita sudah mengunduh aplikasi Traveloka pada gadget atau masuk ke web Traveloka.com, terpampang jelas di layar depan bertuliskan Traveloka Xperience. Dalam inovasi teranyarnya, Traveloka manyajikan berbagai informasi gaya hidup, hiburan dan wahana berlibur di Indonesia hingga ke luar negeri. Semua itu tercover dengan apik dan disajikan lengkap dengan harganya. Misalnya, kita mencari wahana Water Park di Jakarta. Tinggal ketik kata kunci pada bagian pencarian dalam apps Traveloka "Water Park di Jakarta", lalu klik search. Maka, secara otomatis Traveloka akan memberikan rujukan pilihan wahana yang paling pas pada kita. Disampung itu, dengan mengaktifkan lokasi dalam settingan smartphone, apps ini akan memberi rujukan wahana terdekat dengan lokasi kita berada. Makin asyik, ya ..
Bagaimana proses bayarnya? Pengguna Traveloka tak perlu risau. Traveloka turut menyediakan kemudahan dalam proses transaksi pembayaran. Bisa pakai Kartu Kredit, Transfer & ATM, Direct Debit, Indomaret & Alfamart, hingga Paylater. Beragam pilihan tersebut hadir guna menyesuaikan dengan gaya hidup kita. Pakai metode bayar yang mana, semua bisa. Makin easy dan fleksibel.
Terbayang, kan? Jika kita punya segudang informasi wisata berlibur dalam genggaman. Pasti mudah, nyaman dan praktis. Oh, iya. Satu lagi, melengkapi info sebelumnya. Layanan terbaru bernama Traveloka Xperience ini berisi kategori-kategori yang terbagi dalam dua belas pilihan. Semua kategori tadi bisa Anda lihat pada tabel grafis di bawah ini.
Layanan terbaru inilah yang nampaknya cocok dengan kebutuhan liburan panjang sekolah kami yang akan datang. Traveloka Xperience akan kami pakai sebagai tool pemandu untuk membantu menemukan lokasi berlibur yang cocok dan pas di kantong rombongan kami. Anda sudah tahu, bahwa kami berangkat dari desa yang bernotabene kurang begitu mengenal lokasi liburan apa saja di luar sana. Jadi, dengan berbekal device yang tersemat Traveloka di dalamnya, barang tentu akan membantu kami memiliki berbagai pilihan destinasi wisata dengan mudah dan terjangkau. Kami juga berkomitmen. Kasus gagal check in tidak mau kami ulang. Kasihan anak-anak jika hal itu terjadi lagi.
Saya juga sudah mempelajari Traveloka Xperience lebih dalam agar planning yang kami susun untuk sekolah nanti mulus tanpa hambatan berarti. Hasilnya, semakin membuat saya yakin. Apps Traveloka dalam gadget saya, sangat membantu sekali dalam hal tersebut. Masalah lokasi dimana, harga, serta review tentang tempat wisata yang akan dituju hadir lengkap dalam satu aplikasi. Jadi, jika memang lokasinya kurang sreg, tinggal geser-geser Traveloka Xperience-nya. Mau kemana kita? ...
So, inilah planning #XperienceSeru sekolah kami dengan Traveloka Xperience.
Dengan moda transportasi yang sudah ada di sekolah, perihal transportasi tak mejadi masalah. Tinggal memperhitungkan tiga hal berikut;
Pertama. Kemungkinan besar wisata religi akan tetap dilaksanakan. Paling tidak singgah di Syaikhona Kholil Bangkalan. Selanjutnya, beratraksi penuh dengan Traveloka Xperience sampai anak-anak puas berlibur.
Kedua. Bila rangkaian wisata religi lima wali diulang penuh, maka mirip seperti liburan sekolah kemarin. Wisata tambahan seperti Water Park akan kami ambil.
Ketiga. Ful visit destinasi wisata tanpa ziarah religi.
Dari ketiga opsi yang ada, besar kemungkinan opsi kedualah yang akan diambil. Alasannya, rombongan adalah warga sekolah termasuk guru yang mayoritas merupakan masyarakat yang agamis. Oleh karenanya, ziarah religi tak bisa ditinggal, apalagi event tahuanan lima wali. Sayang kalau dilewatkan.
Tabungan yang terkumpul akan menjadi amunisi di bagian terakhir liburan nanti. Jadi tak sabar mewujudkannya. Hasrat anak-anak yang ingin merasakan serunya Water Park dan melihat aneka binatang yang disukai akan menjadi nyata berkat akses kemudahan dari Traveloka Xperience. Belum lagi potongan harga tiket masuknya. Semakin seru pastinya.
Nah, menganai wahana air mana yang akan kami singgahi, namanya Wisata Bajak Laut. Keren namanya, ya. Biar tambah keren. Pas kita datang, kita bajak langsung itu Water Park nya. hahaha ... Canda ..
Saya cek di bagian Atraksi Traveloka Xperience, wisata air itu berada di Gresik. Sejalan dengan rombongan ziarah religi kami. Jam bukanya, 08.00 - 17.00 WIB. Harga tiket masuknya ternyata juga murah. Hanya sekitar Rp. 15.000 - Rp. 20.000. Andai saja dulu kenal Traveloka. Pasti dijabanin.
Harga tadi ternyata adalah harga di tempat, alias membeli tiket masuk di lokasi wisatanya. Kalau beli lewat Traveloka, beda lagi harganya. Harga normal pada hari biasa yang berkisar Rp. 15.000/orang dipangkas menjadi Rp. 13.500. Kemudian, harga normal tiket weekend yang berkisar Rp. 20.000/orang dipotong menjadi Rp. 18.000. Lumayan, kan potongannya. Buat beli jajanan ringan masih bisa. Ada lagi. Review Wisata Bajak Laut-nya pun juga diberikan oleh Traveloka Xperience. Pengunjung yang pernah kesana menceritakan pengalamannya di apps Traveloka. Jadi, sangat membantu calon wisatawan seperti kami untuk mendapat gambaran keseruannya. Kelengkapan ini disempurnakan lagi dengan metode pembayaran yang bisa kami pilih. Seperti yang saya ulas di atas tadi, mulai dari tranfer bank, indomaret, kartu kredit dan lain-lain. Asyik, kan ... Sudah mudah mencarinya, murah harganya, mudah bayarnya, dapat suggest pula dari pengguna lain. Lengkap ...
Kalau begini ceritanya, pantengin terus, deh Travelokanya. Buat jadwal liburan semenarik mungkin. Ciptakan liburan asyik, menarik, dan berkesan. Semangat ..
So, sahabat. Seperti itulah gambaran keceriaan liburan kami. Saya, guru, dan anak-anak serasa tak sabar mewujudkannya. Bagaimana dengan planning wisata libur sekolah kalian? Share, ya ..
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog Traveloka. Gambar dan info grafis dalam artikel diolah secara mandiri oleh kak Rasyid.
Salam hangat
Kak Rasyid
Bila disimpulkan, rute menuju lokasi mengajar bisa saya katakan mengasyikkan. Kendati jauhnya 21 Km dari rumah, di sepanjang jalan tak terasa telah jauh berkendara. Suka ria mengajar begitu kental. Kadang hati kecil berkata, "begitu indah alam desa Madura." Ingin rasanya berlama-lama melihat hamparan pebukitan. Namun, tugas mendidik selalu menanti di sekolah. Harus dilaksanakan tanpa kompromi, karena itulah tanggung jawab mulia seorang guru. Mendidik dan menyampaikan ilmu, walaupun terkadang berkorban lebih untuk sebuah ilmu pada anak didiknya.
Hampir dua tahun sudah aktivitas mengajar sebagai guru honorer saya jalani. Selama itu pula kini saya cukup akrab dengan kondisi geografis tempat dimana saya mendidik murid-murid. Saya mengajar di sebuah desa bernama Banyupelle. Disana mayoritas warga berprofesi sebagai petani. Mulai dari kangkung, cabai, sawi, hingga tembakau dapat dengan mudah ditemukan. Tepat di sebelah selatan sekolah, terdapat kebun cabai yang begitu elok dilihat. Buah cabainya besar-besar, nampak menggugah selera makan. Penggemar makanan pedas, pasti sangat suka melihat tanaman sayur ini. Supaya tidak penasaran, cobalah kita tengok lebih detail pada gambar ini. Inilah kebun cabai yang saya maksud.
Foto itu saya ambil sekitar dua bulan yang lalu. Pas saat harga cabai tinggi-tingginya, berkisar Rp.60.000 sampai Rp. 80.000 per Kilogramnya. Bagaimana harga cabai di tempat Anda? Di sini, alhamdulillah. Para petani bersuka cita menyambutnya. Hasil panen sayurannya berbuah manis. Usaha merawat tanaman cabai tidak sia-sia. Petani merdeka, ibu-ibu rumah tangga geleng-geleng kepala. Buah bibir cabai mahal viral seketika. Jahahaha ...
Kondisi viral panganan pedas ini cukup lama bertahan di Pamekasan. Bahkan ibu penjual nasi bungkus yang sering saya beli dagangannya juga ikut merasakan. Sembari melayani pesanan nasinya, ibu Salma menjawab "Lama, nak. Cabai kemarin mahal." Katanya saat saya tanya tentang mahalnya cabai beberapa waktu lalu. Sayapun menganggukkan jawaban si ibu pelan. Sesaat setelahnya, saya menerima nasi yang dibeli pada si ibu tadi dan beranjak mengucap salam pulang.
Ah, sudahlah. Cerita cabainya kita akhiri dulu. Kembali ke laptop.
Lokasi sekolah tempat saya mengajar memang menyimpan cerita geografis yang panjang. Maklumlah, sekolah itu memang berada di pelosok desa. Anda mesti tahu, bagaimana latar suasana desa. Ia akrab sekali dengan alam dan budaya masyarakatnya yang masih hangat. Hal ini tercermin dari guru-guru yang berdomisili dan tinggal di desa sebelah yang dekat dengan sekolah. Kearifan warga desa Banyupelle, Pelengaan, Pamekasan nampak dari personal guru tadi. Maka dengan kondisi seperti itu, sayapun harus berbaur dengan adat istiadat yang ada. Belajar kembali bab keramahan, beretika, dan sopan santun yang lebih dalam, agar saat bersosial saya tidak kikuk. Apalagi saat kyai pemilik yayasan datang ke sekolah, semakin tawadduk-lah seisi sekolah.
Kentalnya atmosfer sosial seperti yang saya gambarkan di atas membuat kegiatan sekolah juga ikut berbau hal yang agamis, termasuk tur liburan kenaikan kelas. Bisa ditebak. Tur wisata religi menjadi pilihannya. Plus, kabarnya sudah beberapa kali kegiatan wisata religi tersebut dilakukan. Mungkin karena saya tergolong guru baru di sana. Jadi, baru tahu jika sekolah punya agenda tahunan semacam itu. Saat itulah menjadi kali pertama saya ikut wisata religi lima wali yang diadakan sekolah. Senang sekali. Inilah beberapa moment pada wisata religi kemarin yang sempat saya abadikan.
Lokasi pertama yang kami kunjungi kala itu adalah pusara Sunan Ampel di Surabaya. Sekitar jam 02.00 pagi bus kami sampai di sana. Hujan lebat menyambut kedatangan kami tanpa ampun. Alhasil, seluruh rombongan guru dan murid main air hujan. Kondisi ini tentu kurang nyaman sebenarnya. Ziarah dalam kondisi basah-basahan kurang afdol dilakukan. Namun, mau bagaimana lagi. Kenyataannya demikian. Harus dinikmati dengan lapang. Setelahnya, aktivitas layaknya peziarah lain seperti yasinan, tahlil yang kemudian ditutup dengan doa-doa tetap kami laksanakan dengan khusuk, alhamdulillah.
Kami keluar dari Sunan Ampel sekitar jam 02.45 WIB, melanjutkan perjalanan menuju pusara Sunan Giri. Setibanya di sana, rombongan kami masih disambut kondisi cuaca yang kurang bersahabat. Hujan dari Surabaya tak kunjung reda, walaupun sudah tak selebat sebelumnya. Akibat hujan ini kami cukup lama naik tangga ke atas, licin. Rombongan berjalan pelan menuju masjid Giri. Di masjid, guru-guru dan siswa sempat beristirahat sebentar di teras luar masjid sambil menunggu waktu subuh tiba.
Selepas sholat subuh berjamaah usai. Pimpinan rombongan langsung membawa kami menuju pusara Sunan Giri yang lokasinya berdekatan dengan masjid tadi. Cuaca masih sama, gerimis. Menariknya, di Sunan Giri ini saya sangat suka dengan arsitektur makam yang masih bernuansa kuno. Aksen ukiran jaman dulu masih kental di dalam. Mungkin jika saya boleh menilai, nilainya 100. Saya sangat suka dengan ukirannya.
Memasuki wali ketiga, yakni Sunan Maulana Malik Ibrahim, matahari mulai terbit. Hujanpun sudah reda. Syukurlah. Disinilah nuansa liburan mulai terasa. Cuaca yang nyaman, melihat rombongan peziarah lain berdatangan dengan jelas, dan udara dingin yang mulai tersibak. Begitu indahnya. Untuk beberapa waktu, saya atau bahkan mungkin rombongan kami lupa pada kehidupan sekolah di Pamekasan. Rutinitas kegiatan belajar mengajar yang menguras pikiran terurai dengan nuansa wisata religi hari itu. Berganti dengan khikmat, suka cita dan pengalaman bernama wisata religi.
Oh, iya. Kiranya Anda sudah bisa menerka, aktivitas apa dalam ziarah di bagian ketiga ini. Sama seperti sebelumnya, yasinan, tahlil dan berdoa tetap dilakukan. Berharap hajat dalam pribadi masing-masing dapat dengan cepat didengar oleh tuhan serta perjalanan lima wali kami selamat hingga akhir. Amiin.
Perjalanan kembali berlanjut. Tur wisata religi pada wali keempat dan kelima, Sunan Drajat dan Sunan Bonang dilanjutkan. Kami istiqomah. Memanjatkan doa-doa di pelatara pusara wali-wali Allah tadi. Sekali lagi, boleh Anda pun mendoakan hajat kami terkabul. Semoga. Perjalanan tur lima wali sekolah kami kala itu berjalanan dengan cukup lancar. Kendati di awal sempat diguyur hujan, namun tak menghalangi semangat kami untuk terus menuntaskan wisata religinya.
Bicara soal liburan, tak lengkap rasanya tanpa ada ritual belanja-belanja. Begitu pun ibu guru dalam rombongan kami. Di lokasi keempat inilah saya merasakan lelahnya menunggu. Kaum ibu-ibu itu kalau sudah bertemu tempat belanja, beeeh, lamaaaaa. Lihat jajan ini, dilihat. Bolak-balik, bahkan icip-icip menjadi tangga nada perbelanjaan kaum ibu. Lihat toko souvenir, langsung riset. Mata mengintai kesegala arah. Bak tugas Jarvis, asisten robotnya Tony Stark dalam film Iron Man. Semua barang-barang di-scan. Tak akan luput satu barangpun dari proses scaning kaum ibu. Ampun deh, kalau beliau sudah melancarkan aksi. Satu jam akan serasa 1 menit. Nambah teruuss.
Saya, siswa dan kaum bapak yang menunggu ibu berbelanja ria harus berbesar hati dengan keadaan. Berdamai dengan waktu. Kami bersantai di sudut parkir bus di lokasi Sunan Drajat. Untuk beberapa jam, kami menghabiskan jajanan yang dibeli di pasar tadi. Pasarnya sendiri saya lupa namanya. Yang jelas, pasar itu berada tepat di sebelah timur pusara Sunan Drajat. Bentukknya memanjang ke timur. Cukup untuk membuat kaki pegal berjalan.
Lain di Sunan Drajat, lain lagi dengan di Sunan Bonang. Anda yang pernah ke sini pasti kenal spot belanjanya. Lepas berdoa di sana, lokasi shoping kembali menjadi tujuan. Langkah kaki perlahan mengarah ke arah timur makam Sunan Bonang (maafkan saya jika salah sebut arah, maklum pendatang baru). Dan pemandangan belanja khas Bonang-pun terhampar rapi berjejer untuk para peziarah. Pemandangan yang apik, kalau boleh mengatakan. Belanja di sini enak. Saya sempat membeli beberapa jajanan untuk ibu saya di rumah. Oleh-oleh kecil dari Bonang untuk ibu tercinta.
Bagaimana kabar kaum ibu rombongannya? You know lah. Lagi-lagi terjadi. Spot belanja yang enak di sana, kembali memancing ibu guru melancarkan aksinya. Dari ujung penjual souvenir dan jajanan hingga ke ujung satunya, disinggahi satu persatu. Alamat bagi bapak guru menanti lama kembali, seperti di Sunan Drajat. Entahlah bagaimana proses scaning dan tawar menawarnya di dalam. Kami yang sudah sempat belanja, memutuskan menanti beliau di luar area belanja sambil melihat alam Tuban.
Puas berbelanja, kami akhirnya berkumpul. Capek melakukan perjalanan dari Ampel hingga ke Tuban membuat moment berkumpul di depan masjid Agung Tuban begitu terasa. Walau begitu, rianya suasana tidak terlupakan di sana. Sesekali salah satu guru melempar candaan untuk menghibur anggota rombongan yang tiba di depan masjid dari ritual shopingnya. "Napah beih se e belli, bu. E borong kabbi?" Kata pak guru. Bu guru yang mendengar membalas dengan senyum lalu ditutup dengan kalimat, "Biasah, pak. Ibu-ibu". Paham artinya, ya? Kalimat yang cetak miring pertama artinya, "Beli apa saja, bu. Diborong semua di dalam?". Sedangkan kalimat catak miring kedua artinya "Maklumlah, pak. Ibu-ibu".
Rangkaian tur lima wali ditutup dengan hasrat murid-murid yang ingin sekali singgah ke wisata lain selain ziarah religi sebelumnya. "Jarang-jarang, pak". Katanya saat ditanya. Idenya dari mana saya tidak tahu. Tiba-tiba saja dalam perjalanan anak-anak mengatakannya. Setelah saya tanya lebih dalam, ternyata ekspektasi mereka ikut wisata religi salah satunya adalah bisa masuk ke Zoo atau Water Park pasca kunjungan lima wali, untuk kemudian mereka bermain dan bersenang-senang di sana. "Duh, nak.!" Dalam hati saya merasakan keinginan mereka. Ingin rasanya mewujudkannya. Semoga ketua rombongan juga mendengar.
Di sela-sela kemauan anak-anak tadi. Sebenarnya saya bingung. Harus kemana, bagaimana dengan harga tiket masuknya. Namun, syukurlah. Harapan anak-anak pergi ke Kebun Binatang nampaknya bisa terwujud. Bab 'bingung kemana' dalam benak saya pun terjawab. Walaupun masih tetap bertanya-tanya.
Ketua rombongan yang dipimpin Kepala Sekolah meminta sopir untuk transit sebentar di Maharani Zoo. Senang sekali wajah anak-anak. Mereka tak sabar segera sampai. Sesampainya di Maharani Zoo, di depan gerbang masuk kami disambut baliho yang mengabarkan "Telah lahir tiga baby animal". Wah! Tambah seru ini.
Kamipun turun dari bus. Berjalan kaki beberapa meter, memasuki gerbang Kebun Binatang di Lamongan itu. Lalu, taraa. Inilah Maharani Zoo & Goa dengan ramainya pengunjung yang antre masuk. Memesan tiket untuk menengok baby animal di sana.
Gembira, pasti. Walaupun tiba-tiba terdengar warning dari kepala rombongan. Beliau bilang, "Bapak, ibu dan anak-anak yang ingin masuk ke taman satwa agar membeli tiket masing-masing". Serentak rombongan senyap. Liburan gratis ke Maharani Zoo mulai abu-abu. Antara lanjut dan tidak. Sedih. Di bagian ini pulalah pertanyaan saya di awal tadi terjawab sudah. Saya yang tidak tahu pasti dimana dan bagaimana harga tiket masuknya, akhirnya menjadi paham. Walau paham tersebut didapat dengan cara hati mengkerut.
Liburan sekolah kami waktu itu memang ditanggung sekolah. Wajarlah untuk beberapa spot liburan, kami harus merogoh kocek sendiri. Lima wali sebelumnya, kan free. Jadi, bagian Maharani punya ceritanya sendiri. Berhubung isi dompet sudah tak terkendali, dikuras dalam perjalanan dan oleh-oleh. Mau masuk gundah melanda hati. Nangis jamaah pada akhirnya. Oh, iya. Tiket masuk saat itu Rp. 50.000 per orang. Sebagian dari kita yang sudah tahu medan, mungkin nominalnya tidak seberapa. Akan tetapi bagi saya dan anak-anak kala itu penting. Saking berharganya, harus ditabus dengan gagalnya melihat baby animal tadi.
Peristiwa di atas bagi saya tak mengapa. Yang saya sesalkan adalah anak-anak yang keinginannya tak terkabul. Sebenarnya ingin waktu itu membantu mereka. Memberikan talangan biaya tiket masuk. Namun apalah saya yang hanya seorang honorer. Bulanannya hanya cukup untuk membiayai transportasi ke sekolah. Kalaupun lebih, dipakai kebutuhan pribadi lain sudah habis. Ya. Beginilah kehidupan honorer. Dituntut mampu melebarkan sayap untuk survive.
"Bersabarlah, nak. Pengalaman kalian semoga tidak terjadi pada adik-adik kelas. Walaupun di Maharani Zoo kita tidak lihat-lihat binatang, setidaknya kita pernah singgah di halaman Kebun Binatang itu. Pun kita sudah jalan-jalan menengok souvenir yang ditawarkan di sana. Semoga itu sudah mengobati rasa ingin tahumu dimana si Maharani berada."
Pengalaman pahit di atas tentu tidak ingin kami ulang. Guru-guru sepakat. Jika ada kesempatan libur sekolah lagi, kasus gagal check ini tidak terulang. Oleh karena itu, libur sekolah berikutnya harus dipersiapkan. Dimulai dengan biaya PP, oleh-oleh sampai tiket masuk wisata tambahan layaknya Maharani Zoo harus sudah beres.
Untuk itulah saat ini para guru menabung untuk berlibur bersama. Siswa pun diedukasi, yang ingin ikut liburan bersama supaya mulai menabung untuk mewujudkan liburan. Sungguh kabar yang menarik. Kalau ini berjalan lancar, mau masuk kemana, tinggal masuk saja. Yey ..
Sayapun berseloroh kecil pada anak-anak dan guru. #XperienceSeru nampaknya bukan lagi abu-abu. Apalagi sekarang smartphone saya sudah terpasang apps Traveloka. Sebuah apps yang membantu milenial dalam hal reserve kebutuhan perjalanan. Dari tiket kereta, bus hingga pesawat juga ada. Bahkan untuk keperluan booking hotel juga bisa. Tinggal klik; hotel daerah mana, isi kebutuhan, kemudian akan ditampilkan pilihan hotel yang bisa kita pesan. Mudah, bukan?
Kemudahan reservasi kebutuhan perjalanan milenial di Traveloka sudah banyak yang membuktikan. Contohnya, bak Kinanti. Dia sering pakai Traveloka buat pesan tiket pesawat, kereta bahkan hotel karena prosesnya yang cepat. Malah katanya, pernah juga melakukan pembatalan pemesanan kamar hotel dan uangnya balik 100% tanpa potongan, save terkendali. Ada lagi mas Azmi. Perantau yang bolak-balik Jakarta-Semarang, yang sangat terbantu berkat Traveloka. Terakhir, review dari bak Dwi. Traveloka sudah seperti sahabat baginya. Dia bisa hemat waktu dan tenaga untuk bersua dengan keluarga di Semarang. Baca saja review lengkapnya di www.dwiseptia.com.
Kabar gembiranya lagi, Traveloka kini makin lengkap dengan hadirnya fitur baru bernama Traveloka Xperience. Fitur ini bisa ditemukan saat kita sudah mengunduh aplikasi Traveloka pada gadget atau masuk ke web Traveloka.com, terpampang jelas di layar depan bertuliskan Traveloka Xperience. Dalam inovasi teranyarnya, Traveloka manyajikan berbagai informasi gaya hidup, hiburan dan wahana berlibur di Indonesia hingga ke luar negeri. Semua itu tercover dengan apik dan disajikan lengkap dengan harganya. Misalnya, kita mencari wahana Water Park di Jakarta. Tinggal ketik kata kunci pada bagian pencarian dalam apps Traveloka "Water Park di Jakarta", lalu klik search. Maka, secara otomatis Traveloka akan memberikan rujukan pilihan wahana yang paling pas pada kita. Disampung itu, dengan mengaktifkan lokasi dalam settingan smartphone, apps ini akan memberi rujukan wahana terdekat dengan lokasi kita berada. Makin asyik, ya ..
Bagaimana proses bayarnya? Pengguna Traveloka tak perlu risau. Traveloka turut menyediakan kemudahan dalam proses transaksi pembayaran. Bisa pakai Kartu Kredit, Transfer & ATM, Direct Debit, Indomaret & Alfamart, hingga Paylater. Beragam pilihan tersebut hadir guna menyesuaikan dengan gaya hidup kita. Pakai metode bayar yang mana, semua bisa. Makin easy dan fleksibel.
Terbayang, kan? Jika kita punya segudang informasi wisata berlibur dalam genggaman. Pasti mudah, nyaman dan praktis. Oh, iya. Satu lagi, melengkapi info sebelumnya. Layanan terbaru bernama Traveloka Xperience ini berisi kategori-kategori yang terbagi dalam dua belas pilihan. Semua kategori tadi bisa Anda lihat pada tabel grafis di bawah ini.
Layanan terbaru inilah yang nampaknya cocok dengan kebutuhan liburan panjang sekolah kami yang akan datang. Traveloka Xperience akan kami pakai sebagai tool pemandu untuk membantu menemukan lokasi berlibur yang cocok dan pas di kantong rombongan kami. Anda sudah tahu, bahwa kami berangkat dari desa yang bernotabene kurang begitu mengenal lokasi liburan apa saja di luar sana. Jadi, dengan berbekal device yang tersemat Traveloka di dalamnya, barang tentu akan membantu kami memiliki berbagai pilihan destinasi wisata dengan mudah dan terjangkau. Kami juga berkomitmen. Kasus gagal check in tidak mau kami ulang. Kasihan anak-anak jika hal itu terjadi lagi.
Saya juga sudah mempelajari Traveloka Xperience lebih dalam agar planning yang kami susun untuk sekolah nanti mulus tanpa hambatan berarti. Hasilnya, semakin membuat saya yakin. Apps Traveloka dalam gadget saya, sangat membantu sekali dalam hal tersebut. Masalah lokasi dimana, harga, serta review tentang tempat wisata yang akan dituju hadir lengkap dalam satu aplikasi. Jadi, jika memang lokasinya kurang sreg, tinggal geser-geser Traveloka Xperience-nya. Mau kemana kita? ...
So, inilah planning #XperienceSeru sekolah kami dengan Traveloka Xperience.
Dengan moda transportasi yang sudah ada di sekolah, perihal transportasi tak mejadi masalah. Tinggal memperhitungkan tiga hal berikut;
Pertama. Kemungkinan besar wisata religi akan tetap dilaksanakan. Paling tidak singgah di Syaikhona Kholil Bangkalan. Selanjutnya, beratraksi penuh dengan Traveloka Xperience sampai anak-anak puas berlibur.
Kedua. Bila rangkaian wisata religi lima wali diulang penuh, maka mirip seperti liburan sekolah kemarin. Wisata tambahan seperti Water Park akan kami ambil.
Ketiga. Ful visit destinasi wisata tanpa ziarah religi.
Dari ketiga opsi yang ada, besar kemungkinan opsi kedualah yang akan diambil. Alasannya, rombongan adalah warga sekolah termasuk guru yang mayoritas merupakan masyarakat yang agamis. Oleh karenanya, ziarah religi tak bisa ditinggal, apalagi event tahuanan lima wali. Sayang kalau dilewatkan.
Tabungan yang terkumpul akan menjadi amunisi di bagian terakhir liburan nanti. Jadi tak sabar mewujudkannya. Hasrat anak-anak yang ingin merasakan serunya Water Park dan melihat aneka binatang yang disukai akan menjadi nyata berkat akses kemudahan dari Traveloka Xperience. Belum lagi potongan harga tiket masuknya. Semakin seru pastinya.
Nah, menganai wahana air mana yang akan kami singgahi, namanya Wisata Bajak Laut. Keren namanya, ya. Biar tambah keren. Pas kita datang, kita bajak langsung itu Water Park nya. hahaha ... Canda ..
Saya cek di bagian Atraksi Traveloka Xperience, wisata air itu berada di Gresik. Sejalan dengan rombongan ziarah religi kami. Jam bukanya, 08.00 - 17.00 WIB. Harga tiket masuknya ternyata juga murah. Hanya sekitar Rp. 15.000 - Rp. 20.000. Andai saja dulu kenal Traveloka. Pasti dijabanin.
Harga tadi ternyata adalah harga di tempat, alias membeli tiket masuk di lokasi wisatanya. Kalau beli lewat Traveloka, beda lagi harganya. Harga normal pada hari biasa yang berkisar Rp. 15.000/orang dipangkas menjadi Rp. 13.500. Kemudian, harga normal tiket weekend yang berkisar Rp. 20.000/orang dipotong menjadi Rp. 18.000. Lumayan, kan potongannya. Buat beli jajanan ringan masih bisa. Ada lagi. Review Wisata Bajak Laut-nya pun juga diberikan oleh Traveloka Xperience. Pengunjung yang pernah kesana menceritakan pengalamannya di apps Traveloka. Jadi, sangat membantu calon wisatawan seperti kami untuk mendapat gambaran keseruannya. Kelengkapan ini disempurnakan lagi dengan metode pembayaran yang bisa kami pilih. Seperti yang saya ulas di atas tadi, mulai dari tranfer bank, indomaret, kartu kredit dan lain-lain. Asyik, kan ... Sudah mudah mencarinya, murah harganya, mudah bayarnya, dapat suggest pula dari pengguna lain. Lengkap ...
Kalau begini ceritanya, pantengin terus, deh Travelokanya. Buat jadwal liburan semenarik mungkin. Ciptakan liburan asyik, menarik, dan berkesan. Semangat ..
So, sahabat. Seperti itulah gambaran keceriaan liburan kami. Saya, guru, dan anak-anak serasa tak sabar mewujudkannya. Bagaimana dengan planning wisata libur sekolah kalian? Share, ya ..
***
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog Traveloka. Gambar dan info grafis dalam artikel diolah secara mandiri oleh kak Rasyid.
Salam hangat
Kak Rasyid
Liburan bersama orang yg dekat dengan kita memang terasa menyenangkan.. Baik itu bersama sahabat..keluarga.. Maupun Kekasih..
BalasHapusSelain menambah wawasan dalam mengunjungi tempat wisata.. Kita juga menjadi semakin akrab dengan orang yg kita ajak liburan...
Iya, benar sekali ..
HapusLiburan bisa menjadi salah satu cara mendekatkan diri dengn orang-orang terdekat kita ..
Mengisi waktu libur dengan beberapa kunjungan ke tempat wisata memang sangat menyenangkan, lebih-lebih wisata religi yang menawarkan kesenangan bathin, suntikan-suntikan hal yang bernuansa spiritual akan dapat menentramkan jiwa.
BalasHapusMengesankan cerita perjalanan Wisata mu Kak, diwarnai beberapa pengalaman yang nantinya jadi evaluasi bagi panitia wisata berikutnya.
Dari kemudahan Aplikasi Traveloka, mudah-mudahan bisa jadi kemudahan bagi para traveller dimanapun berada...
Titip salam buat teman-teman pelajar disana Kak...
Terima kasih sanjungan dan doanya mas, Hana ..
HapusSalam dari mas Hana, InsyaAllah akan disampaikan. Salam balik buat teman2 pelajar yang Probolinggo juga, ya ..
Liburan sangatlah penting buat kehidupan kita agar bisa merefresh otak kita agar tidak jenuh
BalasHapusBenar sekali, mas Miftahul. Liburan bisa jadi cara melepas penat ..
Hapusmantapppp emang traveloka xperience bikin liburan makin seruuuu
BalasHapusIya, bak Ella .. Semoga liburan milik bak Ella seru juga bareng Traveloka Xperience_nya ..
HapusSeruu bgt doong.. Facial treatment dpt diskon 50% mas. Wqwq
HapusWow, enak banget tuh .. Makin cantik tanpa kantong jebol .. 😁
HapusBtw, dimana tuh Facial treatment nya ?
apa benar travaloka punya program baru? bisa dapat hadiah jalan jalan? gimna sih min maksudnya?
BalasHapusTraveloka menghadirkan fitur/layanan baru bernama Traveloka Xperience. Di sana kita bisa menemukan berbagai pilihan keseruan untuk berlibur, cari Cafe hits, nonton bioskop bahkan bisa cari spa buat perawatan kulit.
HapusAda banyak diskon saat kita belanja kebutuhan perjalanan di Traveloka Xperience. Seperti yang saya tulis di atas. Diskon tiket masuk wahana air di Gresik. Lumayan kan kalo kita rombongan. Potongan harganya bisa di pakai buat beli atau naik wahana lain di dalam wahananya nanti.
Satu, lagi. Jika kita pesan di Traveloka, selain dapat diskon. Kita bebas antre masuk ke tempat yang kita mau. Jadi, stelah proses bayar tiket online nya selesai (bisa bayar transfer bank/indomart dll). Di tempat wahana yang kita pilih, tinggal tunjukin kode vocher(tanda bukti pesanan di apps Traveloka)/QR Code pada loket tiket masuk wahana khusus pelanggan Traveloka. Setelah itu, beres.
Tunjukkan Code pesanan di gadget nya>> Tukar tiket fisik >> Masuk .. yes ..
Tak perlu dialog panjang, harga tiket berapa, untuk berapa orang, usia berapa, dan lain lain. Karena sudah diorder lebih awal melalui Traveloka Xperience. Jadi hemat waktu, tenaga, dan biaya pastinya ..
Traveloka adalah jagoan liburan kita wgwgw :D
BalasHapusWaaah, mas Cahya pengguna senior Traveloka, nih ya .. 👍
Hapus